Membesuk orang sakit adalah perkara yang disyariatkan Islam. Bahkan dijadikannya
sebagai satu bagian dari hak muslim atas muslim lainnya. Hal itu juga merupakan di antara amal saleh yang dapat mendekatkan kita kepada Allah Swt. kepada ampunan, rahmat
dan surga-Nya. Tujuan semua itu untuk memotivasi muslim agar menghidupkan akhlak
Islam yang agung guna tercipta kehidupan masyarakat muslim yang harmonis dan peduli. Ada beberapa adab yang telah disampaikan Rasulullah Saw. kepada kita berkaitan
dengan menjenguk orang sakit, di antaranya sebagai berikut:
a. Niat yang baik
Tatkala menjenguk seseorang yang sedang sakit dengan niat untuk mengharap pahala
dari Allah semata dan melaksanakan hak saudara sesama muslim. Hendaklah anda
menjauhi niat-niat yang tidak baik seperti ingin menyakitinya dengan ucapan dan
perbuatan. Dengan niat lurus, insya Allah keutamaan yang telah kita sebutkan di atas
akan didapatkan. Namun apabila niat tidak demikian, justru dosa yang akan ditimpakan
oleh Allah Swt.
b. Bersegera mengunjunginya
Apabila ada orang yang sakit, hendaknya jangan sampai terlambat untuk menjenguknya.
Sebab, hal itu bisa membuatnya sedih dan dapat berpengaruh tidak baik pada dirinya.
Oleh karena itu, hendaklah bersegera menjenguk saudara yang sedang sakit sebab dapat
mengurangi rasa sakitnya, dapat menghiburnya, dan semoga dapat meringankan beban
pikirannya serta menjadi salah satu sebab kesembuhannya.
c. Menjenguk dengan berjalan kaki
Di antara sunah Rasulullah Saw ketika menjenguk orang sakit adalah dengan berjalan
kaki. Pada suatu hari Jabir ra pernah sakit dan Rasulullah Saw menjenguknya dengan
berjalan kaki. Jabir menuturkan:
جاءني رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس براكب بغل ولا برذون
Artinya : Nabi Muhammad Saw pernah datang menjengukku, beliau tidak mengendarai
baghl (hewan hasil persilangan antara kuda dengan keledai) dan tidak pula kuda. (HR.
al-Bukhari).
d. Mencari waktu yang tepat
Berkenaan dengan masalah kapan waktu yang tepat untuk mengunjungi orang sakit,
tergantung pada kebiasaan tiap-tiap daerah. Waktu yang tepat adalah yang bukan
merupakan waktu untuk istirahat, namun waktu yang sering digunakan orang-orang untuk mengunjungi orang sakit.
Adapun di antara waktu yang tidak tepat untuk mengunjungi ialah, seperti terlalu pagi
atau terlalu malam, atau siang hari di waktu orang-orang biasa tidur siang.
Imam Ahmad ra berkata: “Di bulan Ramadhan, waktu menjenguk adalah pada malam hari.”
Seseorang berkata kepadanya: “Fulan sakit,” dan pada waktu itu sedang musim panas
dan di siang bolong. Beliau berkata: “Ini bukan waktu yang tepat untuk menjenguknya.”
e. Bertanya tentang keadaannya si sakit
Bisa menanyakan hal itu kepada keluarganya atau langsung kepada orang yang sedang
sakit. Pertanyaan ini merupakan tanda perhatian seseorang kepada saudaranya.
Suatu ketika Rasulullah Saw. sakit. Ali bin Abi Thalib Ra. menemui beliau lalu keluar.
Orang-orang bertanya kepadanya, “Ya Abu Hasan, bagaimana kondisi Rasulullah
pagi ini.”Ali Ra. menjawab: “Segala puji bagi Allah, pagi ini beliau sudah sembuh.”
(HR. al-Bukhari).
f. Membawakan hadiah
Hadiah memiliki pengaruh yang luar biasa, di antaranya dapat menumbuhkan rasa
kasih sayang antara sesama manusia. Apabila memungkinkan hendaknya orang yang
menjenguk membawakan oleh-oleh untuk orang sakit atau untuk keluarganya.
g. Menghiburnya si sakit dengan banyaknya pahala dari Allah Swt.
Menghibur dapat meringankan beban penderitaan orang yang sedang sakit dan dapat
membuatnya sabar dan rida dengan takdir Allah kepada dirinya. Pernah suatu hari
Rasulullah Saw. menjenguk seorang wanita yang sakit, beliau mengatakan:
Artinya : Bergembiralah, wahai Ummul ‘Ala`, sebab sakitnya seorang muslim, dengannya Allah akan menghilangkan kesalahan-kesalahannya, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran pada emas dan perak.
h. Mengajarinya si sakit dengan doa ketika tertimpa musibah
Musibah itu bermacam-macam dan di antaranya adalah penyakit. Adapun doa yang
diajarkan Rasulullah Saw bagi orang yang terkena musibah adalah sebagai berikut:
Artinya : Sesungguhnya kita milik Allah dan hanya kepada-Nya semata kita akan kembali. Ya Allah, berilah pahala dari musibah ini, dan gantikanlah bagiku dengan yang lebih
baik darinya. (HR. Muslim)
i. Mengingatkan si sakit agar selalu sabar
Hendaklah orang yang sakit selalu diingatkan agar selalu sabar dalam menghadapi ujian
dari Allah. Sabar dalam menghadapi ujian hukumnya adalah wajib. Sedangkan
marah atau berkeluh kesah hukumnya haram. Ulama menyebutkan, orang yang tertimpa
musibah itu terbagi menjadi empat tingkatan: Pertama, marah dan berkeluh kesah. Kedua,
bersabar. Ketiga, rida. Keempat, bersyukur. Bagi orang yang sakit, minimal ia bersabar,
apabila sampai derajat rida atau bersyukur, maka itu lebih baik lagi.
j. Mengingatkan si sakit agar selalu berprasangka baik kepada Allah Swt
Berprasangka baik kepada Allah Swt. hukumnya wajib. Sebaliknya, berprasangka buruk
kepada Allah hukumnya haram. Seorang hamba hendaknya senantiasa berprasangka baik
kepada Allah ta’ala dalam keadaan bagaimana, di mana dan kapan pun juga. Bahkan ketika
kematian menjemputnya, hendaknya ia senantiasa berprasangka baik kepada Allah Swt.
Rasulullah Saw menyampaikan ;
Artinya : Janganlah seorang dari kalian meninggal dunia melainkan dalam keadaan
berprasangka baik kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (HR. Muslim)
k. Melarang untuk berkeluh kesah dan mengharap kematian
Orang sakit yang berkeluh kesah, maka ia berdosa dan penyakit itu tidak akan menjadi
pelebur dosa baginya. Apalagi sampai mengharap kematian, itu merupakan tanda-tanda
bahwa dirinya berputus asa. Berputus asa dari rahmat Allah bukanlah sifat seorang
mukmin, namun sifat orang kafir.
Di antara hal yang harus diperhatikan ketika menjenguk orang sakit adalah, menasihatinya
agar tidak berkeluh kesah dan mengharap kematian. Rasulullah Saw. pernah menasihati
paman beliau, al-Abbas, yang sedang sakit dan tidak mengharap kematian. Beliau
bersabda :
Artinya : Wahai paman! Janganlah engkau mengharap kematian. Sebab bila selama ini
engkau berbuat baik, kemudian (umurmu) ditangguhkan, maka itu adalah kebaikan
yang ditambahkan kepada kebaikanmu dulu, dan itu baik bagimu. Bila selama ini engkau berbuat tidak baik, kemudian (umurmu) ditangguhkan, lalu engkau diberi kesempatan untuk bertaubat dari kesalahanmu, maka itu pun baik pula bagimu. Maka janganlah
engkau mengharap kematian. (HR. Ahmad dan al-Hakim)
l. Meletakkan tangan di atas si sakit
Hal ini pernah dilakukan Nabi Saw. ketika menjenguk Sa’ad. Beliau meletakkan
tangannya di atas dahi Sa’ad ra, kemudian mengusapkannya di atas kepala dan perutnya
seraya mendoakannya : “Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
m. Mendoakan kebaikan dan kesembuhan untuk si sakit
Bagi orang yang membesuk, jangan lupa untuk mendo’akan kebaikan dan kesembuhan
bagi si sakit. Di antara doa yang bisa dibaca ialah:
Doa pertama :
Artinya : “Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit dan sembuhkanlah, Engkau
Maha Pemberi kesembuhan, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tiada meninggalkan sedikit pun penyakit”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Doa kedua :
Artinya : “Tidak mengapa. (Penyakit ini) dapat menyucikan(mu) insyaAllah”. (HR.
al-Bukhari)
Doa ketiga :
Artinya : “Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Robb Pemilik ‘Arsy yang
agung, untuk menyembuhkanmu”. (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi) dibaca sebanyak tujuh
kali (7 X).
Doa keempat :
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang
mengganggumu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata dengki, Allah semata yang Maha
menyembuhkanmu, dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu”. (HR. Muslim)
Dan doa-doa lainnya yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw
n. Tidak berlama-lama
Apabila berat bagi si sakit untuk berbicara atau ia butuh istirahat lebih, maka hendaknya
kita menjenguknya tidak lama. Apalagi terkadang setelah kita ada orang lain yang akan
menjenguknya, tentu saja dapat membuatnya keletihan dan kurang istirahat.
Seorang ulama bernama Thowus berkata :
Artinya : Menjenguk yang paling utama adalah yang paling ringan (tidak berlama-lamaan).
o. Menjenguk untuk kedua kalinya
Jika diperlukan, tidak mengapa menjenguk si sakit untuk kedua kalinya, khususnya bila
orang yang sedang sakit ada kedekatan dengan kita dan membutuhkan bantuan dari kita.
Hal ini juga menunjukkan perhatian lebih kita kepada dirinya.